Menulis Adalah Bekerja Untuk Keabadian
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. [Pramoedya Ananta Toer]Dari penggalan kalimat Pram tersebutlah, penulis terinspirasi untuk sebisa mungkin mencatat dan menulis hal-hal apa pun yang patut ditulis. Sesederhana apa pun tulisan itu.
Selain kalimat Pram di atas, seorang kawan penulis pernah berkata:
"Menulislah. Jangan cemas jika tulisanmu tidak ada yang baca, sebab kelak tulisan itu pasti akan menemui sendiri pembacanya," [Bibah Pidi]
Sebagai pelajar, gemar menulis bukanlah hal yang mengagumkan, apa lagi sampai dipuji berlebihan. Sebab, sejak PAUD kita sudah diajarkan menulis. Setiap hari kita menulis ketika di sekolah. Sependek apa pun tulisan itu.
Menulis bukanlah soal pintar atau tidak, tapi lebih pada soal rajin atau malas. Rajin sama sekali tidak ada soal dengan pintar, sebab sepintar apa pun kita, akan kalah dengan teman kita yang rajin.
So, masa belajar sangat tepat untuk memupuk kerajinan dalam menulis. Entah menulis esai pupuler, artikel ilmiah, puisi, atau cerpen.
Salah satu ulama besar, yaitu Imam Ghazali juga berkata,
"Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!"
Sebagai penyeimbang, kita juga harus rajin membaca. Apa pun buku yang kita baca, pasti ada faedahnya. Jangan takut salah, sebab pelajar memang boleh salah. Yang tidak boleh adalah berhenti dan konsisten dalam kesalahan.
Penulis:
Waka. Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi PAC IPNU Kecamatan Ngronggot Masa Khidmat 2014-2016
Post a Comment