Aktif IPNU IPPNU Juga Berdampak Positif untuk NKRI
Wakil Ketua II PC IPNU Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, M. Fiqhy Setiyo Budi |
Indonesia butuh anak muda, kata Mbak Nana (Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa). Saya sepakat dengannya. Juga pasti sebagian besar masyarakat Indonesia setuju dengan itu. 10 alasan yang disampaikan oleh Mbak Nana juga logis dan mendasar.
Mengenai anak muda, setiap individu memiliki keunikan masing masing. Hidupnya tidak bisa dilihat dari satu sisi. Dia kompleks. Satu anak bisa terlibat dalam 10 bahkan ratusan ikatan yang tiap hari ada bersamanya. Sehingga tidak ada yang tahu personalitas diri kecuali individu itu sendiri dan Tuhan.
Misal, kita bicara Mbak Nana. Dia tidak bisa hanya kita lihat sebagai jurnalis, founder narasi.tv, alumnus UI, anak dari Qurays Shihab, atau ibu dari anaknya. Dia terbentuk oleh benturan-benturan yang kompleks. Sehingga akhirnya menjadikan Mbak Nana menjadi seperti sekarang. Kita tidak tahu siapa saja gurunya, inspiratornya, pembimbingnya, kawan-kawannya, partner kerjanya, rival berprosesnya, motivasi karirnya, atau benturan dari masalah internal keluarga, teman, rekan kerja, politikus, sesama jurnalis, dan lain sebagainya. Kita tidak tahu semua itu.
Ketidaktahuan kita atas individu lain itulah yang perlu kita ingat. Kita tidak bisa memaksakan kehendak atas diri orang lain di luar diri kita. Pun kepada anak, kekasih, teman dekat, atau kerabat. Kita semua memiliki keunikan masing-masing. Semua merdeka atas jalannya sendiri. Selama jalan yang ditempuh tidak melanggar UU, peraturan, norma, dan nilai-nilai, maka itu sah-sah saja.
Dan saya setuju dengan #bergerakdari hal-hal terkecil yang disampaikan oleh Mbak Nana. Walau pun sebenarnya itu sudah sering (sejak dulu) dibicarakan di forum-forum Maiyah oleh Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun). Bedanya, Mbah Nun tidak memakai media dalam mengampanyekan gerakan itu.
Semua hal yang bergerak pasti berdampak. Kalau kata anak IPA, ini persis sebagaimana hukum III Newton:
Sekecil apa pun sumbangsih kita atas bangsa dan negara ini, semua punya nilainya. Dan ketika kita membicarakan bangsa dan negara, tidak perlu lantas kita membayangkan Jakarta, Istana Negara, Gedung DPR-MPR, KPK, Parpol, Menteri, MK, MA, KY, BPIP, Presiden, Pancasila, Reformasi, Demonstrasi, dan hal-hal lain yang terlihat besar dan muluk-muluk penuh keriuhan. Bergerak dari desa, dari TPA, dari Posyandu, dari sawah, sungai, sanggar seni, atau taman kanak-kanak itu pun juga sangat bernilai untuk negeri ini. Malah yang di desa itulah pondasi kemakmuran negara ini. Warga desa meraksakan kehidupan yang adil dan makmur, maka negara aman.
Dan kita sebagai pelajar NU, sebagai kader IPNU-IPPNU, berproses di organisasi juga merupakan poin penting, dan berdampak positif untuk masa depan bangsa ini. Proses kita di IPNU-IPPNU akan menjadi investasi SDM untuk 10 hingga 20 tahun ke depan di republik ini.
Selamat #bergerakdari ranting dan PAC masing-masing, Rekan-Rekanita. Semoga langkah gerak kita senantiasa dirahmati oleh Allah SWT. Selamat Belajar, Berjuang, Bertaqwa.
Mengenai anak muda, setiap individu memiliki keunikan masing masing. Hidupnya tidak bisa dilihat dari satu sisi. Dia kompleks. Satu anak bisa terlibat dalam 10 bahkan ratusan ikatan yang tiap hari ada bersamanya. Sehingga tidak ada yang tahu personalitas diri kecuali individu itu sendiri dan Tuhan.
Misal, kita bicara Mbak Nana. Dia tidak bisa hanya kita lihat sebagai jurnalis, founder narasi.tv, alumnus UI, anak dari Qurays Shihab, atau ibu dari anaknya. Dia terbentuk oleh benturan-benturan yang kompleks. Sehingga akhirnya menjadikan Mbak Nana menjadi seperti sekarang. Kita tidak tahu siapa saja gurunya, inspiratornya, pembimbingnya, kawan-kawannya, partner kerjanya, rival berprosesnya, motivasi karirnya, atau benturan dari masalah internal keluarga, teman, rekan kerja, politikus, sesama jurnalis, dan lain sebagainya. Kita tidak tahu semua itu.
Ketidaktahuan kita atas individu lain itulah yang perlu kita ingat. Kita tidak bisa memaksakan kehendak atas diri orang lain di luar diri kita. Pun kepada anak, kekasih, teman dekat, atau kerabat. Kita semua memiliki keunikan masing-masing. Semua merdeka atas jalannya sendiri. Selama jalan yang ditempuh tidak melanggar UU, peraturan, norma, dan nilai-nilai, maka itu sah-sah saja.
Dan saya setuju dengan #bergerakdari hal-hal terkecil yang disampaikan oleh Mbak Nana. Walau pun sebenarnya itu sudah sering (sejak dulu) dibicarakan di forum-forum Maiyah oleh Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun). Bedanya, Mbah Nun tidak memakai media dalam mengampanyekan gerakan itu.
Semua hal yang bergerak pasti berdampak. Kalau kata anak IPA, ini persis sebagaimana hukum III Newton:
gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. F dan –F memiliki besar yang sama namun arahnya berbeda.
Sekecil apa pun sumbangsih kita atas bangsa dan negara ini, semua punya nilainya. Dan ketika kita membicarakan bangsa dan negara, tidak perlu lantas kita membayangkan Jakarta, Istana Negara, Gedung DPR-MPR, KPK, Parpol, Menteri, MK, MA, KY, BPIP, Presiden, Pancasila, Reformasi, Demonstrasi, dan hal-hal lain yang terlihat besar dan muluk-muluk penuh keriuhan. Bergerak dari desa, dari TPA, dari Posyandu, dari sawah, sungai, sanggar seni, atau taman kanak-kanak itu pun juga sangat bernilai untuk negeri ini. Malah yang di desa itulah pondasi kemakmuran negara ini. Warga desa meraksakan kehidupan yang adil dan makmur, maka negara aman.
DIKLATAMA CBP KPP Ngronggot 2019 |
Dan kita sebagai pelajar NU, sebagai kader IPNU-IPPNU, berproses di organisasi juga merupakan poin penting, dan berdampak positif untuk masa depan bangsa ini. Proses kita di IPNU-IPPNU akan menjadi investasi SDM untuk 10 hingga 20 tahun ke depan di republik ini.
Selamat #bergerakdari ranting dan PAC masing-masing, Rekan-Rekanita. Semoga langkah gerak kita senantiasa dirahmati oleh Allah SWT. Selamat Belajar, Berjuang, Bertaqwa.
Editor:
M. Iqbal Zakaria
M. Iqbal Zakaria
Post a Comment