Salah Satu Komponen yang Dapat Membatasi Ruang Gerak
"IPNUane trus pye, mas?" tanya Kadrun.
"Yo tetep enek. Tapi rutinane prei dikek, Drun. Arep pye maneh? Corona ngamuk koyok ngene kok," jawabku.
Kadrun ini salah satu anggota IPNU yang paling aktif. Sejak awal ia gabung di IPNU, dia selalu antusias dalam mengikuti rutinan. Di desa kami, yang dimaksud gabung dengan IPNU bukan berarti telah ikut Makesta sebagaimana yang tercantum dalam PD-PRT. Akan tetapi, lebih pada substansi keaktifan mereka dalam mengikuti kegiatan IPNU.
"Jane aku ape ngersulo, tapi kok terkesan gak trimo nang Gusti Allah," kata Kadrun nyeletuk.
"Yo podo, Drun. Akeh tunggale. Dinikmati ae rebahan #dirumahaja,"
"Harlah Ranting buyar," Kadrun memotong kalimatku, "Rutinan mandeg, Harlah PC yo gak sido, sekolah libur, UN gung enek kejelasan, ndek Tipi rame terus bahas Corona, cah-cah ndek twitter malah amburadul ndak jelas kabeh, warunge Mbok'e yo mundak sepi, nilai tukar dolar sampek di angka Rp 16.000,- lebih /USD. Iklan Sirup Marjan yo wes mulai sering muncul pisan." lanjutnya.
Akhirnya meledak juga keluhannya. Tapi saya heran, anak baru kelas 3 MTs udah bahas dolar juga? Anak ini kesurupan apa, sih?
"He, Drun. Corona iki wabah seng sak iki nyebar sak ndunyo."
"Iyo, mas. Aku paham, og. Aku cuman pengen ngersulo ae. Timbang tak empet. Semoga wabah iki segera selesai, yo, mas. Ben sekolah iso masuk maneh. Lulus. Lanjut MA, dan aktifitas iso kembali normal: IPNUan, ngopi ndek Saipong, jagongan ndek ngisor seri, kumpul-kumpul ndek kantor MWC, kluyuran nekani kegiatan-kegiatan CBP-KPP, dan tanggapan Banjari lancar," pungkasnya.
"Amiiin,"
Dasar Kadrun. Tapi, ada yang pernah cerita pada saya bahwa Kadrun ini anak yang pandai di sekolah. Saya gak tahu, karena memang jarak usia kami sekitar 5 tahun. Dikabarkan, dia selalu peringkat satu saat UAS. Pantas saja saat Lomba Cerdas Cermat Aswaja akhir tahun kemarin dia juara satu. Selain pandai, dia juga hobi baca buku. Saat saya ke rumahnya, saya lihat banyak sekali buku-buku di rak dalam kamar dan meja belajarnya. Selain buku sekolah, ada buku fiksi seperti novel, cerpen, atau bahkan komik. Namun ada juga buku-buku berat berupa Esai tentang kesejatian hidup dan tentang Ahlussunnah Wal Jama'ah. Kadrun sudah mengunyah buku-buku sebanyak ini sejak MTs, saya tidak bisa membayangkan ia kelas akan tumbuh seperti apa dan bagaimana.
Hal unik dari Kadrun, salah satu anak generasi Z yang paling tidak pernah bermain-main dengan yang namanya "pacaran". Hidupnya dia buat sebebas mungkin, sebab baginya, pacar adalah salah satu komponen yang dapat membatasi ruang gerak dia di berbagai hal.
Kasihan sekali kamu, Drun.[*]
Penulis : Syarif Dhanurendra
Editor : Badrus Sholeh
____________________________________
Sumber Foto: https://instagram.com/roziq__
Post a Comment