Ketika Awan Mendung Berubah Jadi Pelangi
ilustrasi: pernikdunia.com |
Pagi itu seorang anak beranjak dari tempat tidurnya dan segera pergi
ke kamar mandi. Dia berangkat sekolah bersama ibunya dengan penuh semangat, riang
gembira dan niat yang ikhlas serta ketulusan hati.
Dito namanya. Dia adalah
anak emas yang menjadi harapan dan kebanggaan keluarga. Dia seorang anak yang tengah duduk
di bangku sekolah dasar yang pandai, apalagi dalam urusan hitung menghitung yang
umumnya semua temannya tidak suka dengan pelajaran tersebut. Bahkan dia berhasil
menyabet beberapa penghargaan dalam setiap olimpiade matematika.
Pohonpun pasti mengalami pertumbuhan menjadi besar, begitupun Dito.
Tibalah waktunya ia beranjak ke jejang sekolah menengah pertama. Semua teman
tak lagi mengenalnya sebagai anak jenius lagi. Di sekolah, dia selalu tidur
dalam kegiatan KBM. Dan di rumah, matanya tak bisa terlepas dari yang namanya
setan kotak atau gadget. Dia selalu bermain game. Kebiasaan buruknya mulai
berjalan waktu demi waktu.
Awan mendung yang tak kuat lagi menahan tetesan hujan dengan derapan
angin yang membuat bulu kuduk meriang. Di teras kelas, seorang temannya datang
menghampiri.
"Dit, kamu mau nggak ikut olimpiade matematika? Dulu 'kan
kamu sudah terbiasa mengikuti perlombaan seperti itu," ujar Bintang teman
sekelasnya.
Dito hanya bisa tercengang mendengarnya. "Duh gimana yaa ....Aku
gak pantas ikut lomba yang gitu-gituan," ujar Dito dengan lagaknya yang
sok polos.
Bintang terus saja memaksa Dito untuk ikut lomba, tak heran teman
sekelas yang mengetahui hal itu juga turut serta mendorongnya untuk mengikuti
lomba.
"Iya deh
aku ikut," jawab Dito.
Dengan berat hati Dito akhirnya menerima tawaran tersebut.
Hari minggu, hari yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa dan hari
keramat bagi Dito. Semua siswa telah berkumpul dan siap barangkat. Namun lain
halnya dengan Dito, dengan santainya dia datang dan tak mempunyai rasa bersalah
sedikitpun. Teman-temannya sangat jengkel pada Dito. Dengan mengesampingkan hal
itu semua, siswa akhirnya berangkat ke tempat olimpiade.
Tak membutuhkan waktu
lama, tibalah mereka di tempat tujuan dan siap meluncur di medan pertempuran.
Detik-detik yang menegangkan dengan berbagai soal yang membuat dunia seakan
berputar-putar di atas kepala, membuat semua orang semakin menunjukkan kerja
kerasnya. Lain halnya dengan Dito, dia dengan pulasnya tertidur diatas lembar
jawaban soal. Akhirnya tak satupun soal terjawab olehnya, hingga terdengarlah
suara bel yang menandakan waktu mengerjakan soal telah selesai. Selasai
mengerjakan semua siswa beranjak pulang menuju rumah masing-masing.
Bebarapa hari kemudian.
"Kamu dapat juara nggk, Dit?" tanya Fery kepada Dito.
"Boro-boro jadi juara, soalnya aja aku
tinggal tidur," jawab Dito dengan ekspresi tersenyum kecil.
Teman
sekelasnya heran, mengapa Dito berubah 100 persen dari yang awalnya aktif
menjadi pasif. Akhirnya semua pertanyyan itu terjawab sudah oleh Bintang teman
sekelasnya yang dulu juga temannya Dito ketika duduk di bangku sekolah dasar.
Ternyata dulunya dia mempunyai kakak yang sangat disayangnya. Naasnya ketika
sang kakak bermain bersama teman-temannya di sungai, takdir Allah memeng tidak
bisa dielakan lagi, derasnya aliaran sungai membuat sang kakak hanyut terbawa
derasnya arus aliran sunagi hingga menyebabkan kakaknya meninggal. Dia seakan-akan
kehilangan cahaya hidupnya bagaikan awan cerah berubah menjadi mendung. Sungguh
sangat mengaharukan. Itulah alasan perubahan sikap Dito sekarang.
Bosannnn..... Itulah yang dirasakan Dito. Dia merasa hidupnya terlalu
monoton. Game, tidur, game, tidur, itu dan itu. Berbeda dari yang lain, meskipun dia
sering tidur saat KBM, namun sang jenius ini ketika guru melontarkan beberapa
pertanyaan dia dengan mudahnya menjawab pertanyaan tersebut, sungguh menakjubkan.
Mungkin sel-sel dalam otaknya tetus berusaha menangkap apa yang diajarkan guru
kepadanya, walaupun virus kantuk dan tidur datang melanda. Karena hidupnya
terasa hampa, dia berusaha mencari solusi dari problematika kehidupannya
bagaikan sang kesatria yang tak tau arah dan bangkit mencari tujuan arah yang
akan dituju. Dito ingin berubah kerena mungkin dengan dia lebih aktif belajar,
giat dan kembali seperti dulu bisa membuat bisa membuat kakaknya bangga di alam
sana.
Akhirnya dia bertanya kepada temannya. "Iz, gimana sih caranya biar gak ngantuk saat jam pelajaran," tanya Dito kepada sahabat karibnya.
"Gimana yaa.... aku saja sering tidur di kelas, kalau aku sih biasanya
saat pelajaran ataupun saat belajar sambil minum kopi, makan snak, belajar
sambil gerak, mendengarkan musik ataupun yang lainnya. Sekira bisa manglihkan
dan menghilangkan rasa kantuk," jawab Faiz berusaha memberi solusi kepada
Dito.
Hari demi hari dan bumipun berputar sesuai dengan porosnya, Dito berusaha
menjalankan apa yang disarankan oleh Faiz. Haduhhh.... takdir berkata lain, tak
satupun cara berhasil mengalihkan rasa kantuknya saat belajar. Yang lebih
menyedihkan kebiasaan tidurnya terbawa sampai tiba waktu UNBK. Semua siswa
bungung menyelesaikan soal yang muncul di layar kaca bagaikan serondeng ayam
betebaran, belum lagi kalu ada gangguan sinyal atu komputernya error. Dito dengan
santainya tertidur pulas di atas meja dekat komputer. Baru pada detik-detik
terakhir, dia mulai mengerjakan soal. Teman duduk disampingnya tak bosan- bosan
mengingatkannya dan membangunkannya.
"Dito bangun, cepat kerjakan soalnya
keburu waktunya habis", ujar Fatih.
"Hmmm iyaa", jawab Dito.
Benar dia bangun mengerjakan 1 atau 2 soal, tapi tidur lagi. Begitu terus sampai
hari terakhir. Santuy adalah kata-kata yang selalu terucap di bibir Dito. Heleehh....
untung temannya tak bosan mengingatkannya.
"Dito kamu ini gimana sih
santai-santai kita itu harus bekerja keras dan bersungguh sungguh, masa depan
kita masih panjang," pinta Laili.
"Dasar tukang tidur! Mana mungkin kamu jadi oarang sukses? Sekolah aja cuman tidur dan tidur. Orang sukses itu gak ada yang bermalas-malasan!" tiba-tiba Rizal datang dan melanjutkan ucapan Laili.
Dito hanya bisa membalasnya dengan senyuman manis sambil menginjakkan kakinya
meninggalkan Laili dan Rizal. Banyak guru bilang jangan meremehkan Dito.
Mungkin kalu sekarang dia kerjaannya di kelas tidur, badannya lemah gemulai (klemar-klemer),
suatu saat dia akan menjadi orang sukses. Ucapan adalah doa, terlebih lagi
ucapan tersebut keluar dari bibir seorang guru.
Subhanaallahh.......para Malaikat
serentak mengamini. Setelah dia menyelesaikan pendidikannya yang panjang, memang
benar doa seorang guru tersebut diijabah oleh Allah. Dito benar-benar menjadi
orang sukses. Dia memeng tak serajin dan sepandai temannya. Karunia Allah
begitu besar. Dia mendapat barokahnya ilmu. Teman-temannya saja terkejut melihat perubahan Dito yang sangat drastis hampir tak mengenalinya. Disamping
sukses penampilannya menjagi gagah dan keren membuat para wanita terpesona.
Itulah lika liku kehidupan kadang kala di atas, kadangkala di bawah.
Kadang hidup itu terasa ringan dan bersemangat menjalani. Ada kala hilang
harapan karena kurangnya motivator hidup. Pandangan sebelah mata memang
menyakitkan, fakta dan opini bahkan bertolak belakang. Meremehkan orang, itulah
yang harus kita hilangkan. Bagaikan awan mendung meneteskan butir-butir hujan turun
di sambut sang surya hingga terjadilah pembiasan cahaya yang menghasilkan
keindahan, pelangi namanya.
Penulis: Nisa Akmalun Nisak (IPPNU Ranting Kelutan)
Post a Comment