Membaca PC IPNU Nganjuk: Rekam Jejak dan Potensi
Seberapa besar, sih, IPNU Kabupaten Nganjuk? Layakkah IPNU Nganjuk dilirik Jakarta? Pantaskah kader IPNU Nganjuk ikut ambil bagian dalam suksesi di Kongres? Apa yang bisa ditawarkan oleh PC IPNU Nganjuk? Apa yang laku dijual dari PC IPNU Nganjuk?
Sebagai kader IPNU Nganjuk kita harus sadar bahwa PC IPNU Nganjuk sudah berdiri sejak 1970-an. PC Nganjuk ikut Kongres tidak hanya sekali, dua kali, lima kali, tapi berkali-kali.
Lantas apa yang didapat dari Kongres ke Kongres? Apakah Nganjuk pernah membawa gagasan riil dari daerah dan goal dalam sidang? Apakah Nganjuk pernah konsolidasi terkait suksesi Ketum yang diusung sendiri? Apakah Nganjuk pernah melakukan komunikasi politik secara kelembagaan dengan cabang-cabang lain untuk menyuarakan gagasan dalam kongres? Apakah Nganjuk pernah melakukan kontrak politik jangka panjang untuk menjamin kemajuan PC IPNU Nganjuk dan generasi mendatang?
Apakah alumni IPNU Nganjuk ada yang menjadi tokoh nasional? Apakah alumni IPNU Nganjuk ada yang menjadi konglomerat? Bagaimana manajemen pendistribusian alumni IPNU Nganjuk selama ini?
Jika IPNU adalah danau, maka PC Nganjuk secara tidak sadar memposisikan dirinya sebagai gerombolan ikan-ikan yang ada dalam jaring persegi. Sedangkan jaring tersebut ialah paradigma yang diciptakan sendiri oleh mereka. PC Nganjuk selalu enggan menjebol jaring tersebut. Bahkan sampai PC tetangga sangat santer menilai PC Nganjuk tak punya keberanian apa-apa, tak punya inovasi dan gagasan apa-apa yang dapat menyentuh sumber dari danau.
Ikan-ikan Nganjuk tiap tahun selalu beranak-pinak. Tapi banyak juga yang akhirnya jenuh menjadi ikan, padahal usianya masih bau kencur. Akhirnya memutuskan keluar dari danau IPNU.
Paradigma PC IPNU Nganjuk perlu dikonstruksi ulang, Rekan-Rekan!
Seorang leader dalam IPNU harus punya kecerdasan yang memadahi. Pemimpin tidak cukup bisa melakukan semua hal, namun harus bisa menejemen kepengurusan, mobilisasi massa internal, cakap berkomunikasi, tidak gampang ngambek atau ceklek’an. Dan imajinasi para pemimpin harus bisa membaca jauh ke depan, tidak hanya satu periode kepengurusan.
Melalui tulisan ini saya mau bertanya kepada alumni PC Nganjuk 10 tahun yang lalu, pernahkan Rekan-Rekan senior membuat Rencana Pengembangan Organisasi Jangka Menengah dan Jangka Panjang yang harusnya terealisasi saat ini? Grand desaign PC IPNU Nganjuk yang Rekan-Rekan senior dulu inginkan itu seperti apa, izinkan kami tahu supaya kami bisa membantu mewujudkannya? (Asumsi kita pasti sudah bisa menjawabnya: tidak ada hal semacam itu di PC Nganjuk).
Kader Lakmud PC Nganjuk sudah tak terhitung jumlahnya. Kader Lakut juga sangat banyak, namun banyak pula yang tak terdeteksi keberadaannya.
Dalam kaderisasi formal IPNU memang tidak diajarkan politik kekuasaan. Namun, sadar atau tidak setiap kebijkan organisasi pasti membawa unsur politis. Mulai dari bagaimana cara menetapkan hasil rapat, cara memilih ketua ranting, cara memilih ketua panitia pelaksana, cara menentukan tempat rutinan, cara meloby narasumber Makesta, dll.
Jika kita membahas Grand Desaign PC Nganjuk 20 tahun ke depan, maka tidak akan lepas dengan unsur politik. Baik itu berkaitan dengan PC tentangga, PC se-Jatim, maupun se-Indonesia. Baik itu berkaitan dengan Banom NU yang lain, maupun dengan NU itu sendiri. Baik itu dengan Pemkab maupun pemerintah pusat.
PC IPNU Nganjuk memiliki 20 Kecamatan. Jika kader-kader terbaik PC Nganjuk tidak pernah menyempatkan waktunya untuk duduk melingkar membaca dan merumuskan Grand Desaign PC Nganjuk, maka sampai kapan pun PC ini akan tetap seperti ini: pasrah mengikuti arus. Padahal, sebagaimana yang kita tahu bahwa sesuatu yang selalu mengikuti arus itu hanya dua hal, yakni : ikan mati dan kotoran.
Post a Comment