BROKEN HOME MENURUT PANDANGAN ISLAM
BROKEN HOME MENURUT PANDANGAN ISLAM
Ditulis oleh :
Jaelanim637@gmail.com
aahadilafazar@gmail.com
dinahayun180803@gmail.com
Banyak kita ketahui tentang anak yang tidak kuat mental karena keadaan keluarga yang tidak harmonis,sering kita temui di media banyak anak anak yang masih kecil atupun yang sudah dewasa yang sedang bercerita tentang ketidak harmonisan keluarganya,kadang mengeluh karena sudah lelah melihat dan mengdengar kedua orang tuanya bertengkar,hal itu dapat membuat mereka merasa sedih dan akan ber dampak negativ pada anak tersebut.
Keharmonisan keluarga adalah fondasi utama dalam Islam. Namun, bagaimana jika sebuah keluarga mengalami keretakan dan kehancuran? Fenomena ini dikenal dalam dunia modern dengan istilah "broken home." Dalam Islam, keluarga dianggap sebagai sentral dari kehidupan manusia. Keluarga yang harmonis dan kuat adalah kunci bagi kesuksesan individu dan masyarakat. Namun, terkadang masalah dalam keluarga dapat timbul, seperti broken home, yang dapat menyebabkan kesulitan dan penderitaan bagi anggota keluarga. Memiliki keluarga yang harmonis dan sesuai dengan ajaran agama islam adalah dambaan setiap muslim dan untuk mewujudkannya ada beberapa cara menjaga keharmonisan dalam rumah tangga tersebut. Keluarga sakinah, mawaddah warahmah yang berarti keluarga yang penuh kasih sayang, cinta dan ketentraman dibangun diatas nilai-nilai islam dan berawal dari pernikahan yang hanya mengharap ridha Allah SWT.
Keluarga memiliki peran utama dalam membangun masyarakat Muslim dan berfungsi sebagai madrasah iman yang diharapkan dapat menghasilkan generasi Muslim yang taat dan memuliakan kalimat Allah. Hukum Islam merupakan pilar penting dalam agama Islam, dan hampir semua aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun muamalah, diatur oleh hukum Islam. Agar hukum Islam tetap relevan, ia harus mengikuti perkembangan hukum manusia yang selalu berubah dan berkembang. Dalam konteks hukum Islam, keluarga memiliki posisi strategis. Penegakan hukum bagi individu dan keluarga sangat terkait dengan kesadaran dan ketaatan beragama setiap Muslim. Dengan terbentuknya sebuah keluarga, secara otomatis akan ada peraturan yang berlaku di dalamnya, yang mengatur perilaku semua anggota keluarga.
.”
Ketika sebuah keluarga terpecah atau tidak bersatu, hal ini dapat memengaruhi kondisi anak. Perkembangan dan kasih sayang yang diberikan pada anak akan mempengaruhi mereka dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Keluarga yang harmonis dan utuh sangat penting, karena ketidakharmonisan dapat berdampak negatif pada anak. Anak yang mengalami broken home cenderung lebih sensitif dan mudah marah. Mereka merasa tidak aman setelah kehilangan salah satu anggota keluarga, baik secara materi maupun emosional. Kondisi emosional anak yang mengalami broken home seringkali tidak terkendali, dan mereka bisa merasa kesepian karena saat berkumpul, keluarga tidak lagi lengkap.”
Anak-anak yang mengalami keluarga broken home sering mengalami dampak psikologis. Mereka merasa tidak aman setelah orang tua mereka berpisah, merasa ditolak oleh keluarga, sering marah, dan kesulitan mengendalikan emosi. Anak-anak ini juga merasa kesepian dan sering menyalahkan diri sendiri. Meskipun tingkatnya berbeda-beda, perasaan kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan umumnya dialami oleh anak-anak yang mengalami broken home. Situasi ini memengaruhi seluruh anggota keluarga, termasuk ayah, ibu, dan anak. Dalam kondisi broken home, anak-anak sering mengalami emosi negatif seperti sedih, kesal, marah, dan iri. Namun, regulasi emosi yang tepat dapat membantu mengurangi dampak negatif ini. Strategi regulasi emosi penting untuk menghadapi situasi yang penuh tekanan.”
Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home seringkali tidak memiliki pondasi agama yang kuat dan perhatian maksimal dari orang tua. Akibatnya, mereka sering kehilangan pedoman hidup yang dapat mengarahkan mereka. Pandangan anak-anak dari keluarga broken home adalah bahwa mereka menjadi korban ketidakpedulian orang tua dan kurangnya perhatian karena orang tua lebih fokus pada masalah mereka sendiri. Dampak negatif dari keluarga broken home juga mempengaruhi perilaku keagamaan, terutama dalam hal ibadah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya perhatian dari salah satu atau kedua orang tua terhadap pentingnya ibadah sebagai tanggung jawab manusia setelah mencapai usia baligh. Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan ibadah sejak usia dini. Aspek fisik dan mental lebih sulit dilatih saat seseorang dewasa, karena pada masa dewasa, potensi penyimpangan lebih mudah terakses oleh tubuh. Pendidikan yang baik dapat membentuk kepribadian seseorang di masa depan.
Post a Comment